Laman

Brongkos



Brongkos, bagi yang belum tahu, adalah sayur berkuah coklat pekat. Serupa rawon tetapi memakai santan. Warna coklat pekat itu diperoleh karena penggunaan rempah lokal bernama kluwak. Rempah ini memberi sensasi berat yang gurih nikmat, dan rasanya akan tertinggal di lidah meski setelah beberapa waktu. Di tempat lain, rempah ini kadang disebut dengan kluwek atau keluwak (Jawa), picung (Sunda), pucung (betawi), pangi (di Bugis atau Bali), kapayang (di Minangkabau), kayu tuba buah (di Lampung), dan panarassan (Toraja).

Brongkos Kacang Merah
Masakan sayuran brongkos menjadi salah satu warisan leluhur yang masih terjaga dan menjadi salah satu jenis yang paling familiar masakan. Namun, bagaimana rasanya menikmati brongkos raja dikatakan istana favorit menu Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X. Makanan yang terbuat dari tahu dan kacang Tolo dengan campuran santan kental dan kaldu daging segar.

Ada banyak versi brongkos ini. Versi ‘vegetarian’ hanya berisi potongan tahu dan kacang tholo. Tetapi ada pula yang khusus berisi daging sapi, atau kombinasi daging dan tahu serta tholo bagi Anda yang doyan daging. Nah, ada satu warung brongkos yang boleh jadi salah satu paling populer di Jogja, yaitu Warung Brongkos Bu Padmo. Lokasinya di Tempel, tak jauh dari jembatan Kali Krasak di perbatasan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

Brongkos di warung ini adalah versi karnifora, alias menu dasarnya berisi daging sapi saja. Tapi, Anda boleh menambah isinya dengan varian apapun yang tersedia di meja, mulai dari tahu, tholo, krecek hingga telor. Namun, bagi Anda yang belum pernah menyantap brongkos sebelumnya, rekomendasi terbaik adalah merasakan versi asli brongkos ini yang hanya berisi daging. Tambahan varian mungkin akan mengaburkan rasa asli brongkos Bu Padmo ini, dan bisa jadi persepsi Anda tentang rasa khas brongkos akan berbeda. Bagi Anda yang sudah merasakan rasa aslinya, tidak ada salahnya untuk menambah varian-varian itu.

Brongkos Bu Padmo sendiri sudah berdiri sejak tahun 1950-an. Menurut cerita, warung yang berada di pasar Tempel ini dibuka Bu Padmo untuk melayani para penambang pasir dan komunitas pasar, baik pedagang maupun mereka yang berbelanja. Kebetulan di sisi barat pasar ini memang ada Kali Krasak yang berhulu di Gunung Merapi dan menjadi salah satu pusat penambangan pasir, bahkan hingga saat ini.

Karena itu, sejak berdiri hingga akhir tahun 2012 lalu, warung brongkos Bu Padmo memakai satu kios kecil di pinggiran pasar. Karena problem parkir, seiring ramainya penikmat brongkos dan pasar Tempel yang terus mekar, maka awal 2013 warung Bu Padmo pindah ke arah timur dari warung yang lama. Suasana warung di lokasi baru ini lebih lapang dan bersih, dan tentu saja punya lahan parkir lebih. Sayangnya, karena agak jauh dari pasar, kita kehilangan nuansa tengah pasar yang bisa kita peroleh ketika makan di warung yang lama.

References :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar